OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, lagi ribut sama startup AI asal China, Deep Seek. Katanya, Deep Seek pakai teknik distilasi buat nyedot data OpenAI dan melatih model mereka sendiri.
Tapi tunggu
dulu. Bukankah OpenAI sendiri bangun model mereka dengan cara yang mirip? Mari
kita bahas!
OpenAI Menuduh, Deep Seek Membalas
Jadi gini
ceritanya. OpenAI bilang mereka punya bukti kalau Deep Seek "curi"
data mereka lewat teknik distilasi. Teknik ini intinya bikin model kecil
belajar dari model besar dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan ke model
besar itu, dalam hal ini ChatGPT.
Deep Seek
kemudian latih model mereka sendiri, yang katanya performanya hampir setara
dengan model GPT terbaik, tapi dengan biaya jauh lebih murah.
Kamu tahu
berapa Deep Seek habiskan buat ini? Hanya $6 juta! Bandingin dengan miliaran
dolar yang OpenAI keluarkan buat bangun GPT. Sekarang OpenAI ngeluh karena data
mereka dipakai orang lain buat bikin produk saingan. Ironis, kan?
Karma Itu Nyata, Bung
Sebelum kita
merasa simpati sama OpenAI, mari kita ingat sejarah. Bagaimana OpenAI bisa jadi
sebesar sekarang? Jawabannya: data publik.
Semua website,
artikel, posting blog, dan konten lainnya yang ada di internet disedot
habis-habisan untuk latih model mereka. Bahkan ada banyak pemilik website kecil
yang kerja keras bertahun-tahun bikin konten, hanya untuk lihat karya mereka
diubah jadi jawaban AI tanpa satu sen pun royalti.
Kalau data
publik bisa dipakai OpenAI buat komersial, kenapa tiba-tiba jadi masalah kalau
perusahaan lain melakukan hal yang sama ke mereka?
Ini seperti
maling teriak maling. OpenAI hidup dari "pinjam" data tanpa izin,
tapi sekarang merasa dilanggar saat hal yang sama terjadi pada mereka. Nggak
heran kalau orang bilang ini karma.
Dunia Teknologi: Siapa Cepat, Dia Dapat?
Ada hal yang
lebih besar di balik ini. Dunia teknologi, terutama AI, adalah arena kompetisi
brutal. Perusahaan besar seperti OpenAI, Google, dan Microsoft sudah lama main kotor:
mereka ambil data, bangun produk, dan dominasi pasar tanpa peduli siapa yang
dirugikan. Tapi begitu ada pemain baru yang lebih murah dan efisien, mereka
langsung panik.
Kamu tahu apa
yang bikin ini lucu? OpenAI sebenarnya dapat untung dari ini. Kalau Deep Seek
pakai ChatGPT untuk distilasi, berarti mereka beli banyak token OpenAI.
Tapi tetap
saja, OpenAI merasa dirugikan. Padahal, mereka nggak pernah bayar konten dari
jutaan website yang mereka curi datanya. Kalau ini bukan standar ganda, apa
lagi?
Regulasi yang Memihak Raksasa
Di sisi lain,
pemerintah juga nggak membantu. AS dan Inggris, misalnya, malah pertimbangkan
revisi undang-undang hak cipta agar perusahaan AI bisa lebih leluasa
"meminjam" data.
Alasannya?
Inovasi. Tapi, apa benar ini demi kemajuan bersama, atau cuma demi menggemukkan
kantong raksasa teknologi?
Ratusan ribu
bisnis kecil di internet sudah hancur karena praktik ini. Website yang dulunya
jadi sumber utama informasi sekarang hilang karena algoritma Google lebih suka
hasil AI atau situs besar yang punya hubungan komersial dengan mereka.
Jadi kalau
OpenAI tiba-tiba jadi korban, sulit rasanya buat merasa iba. Mereka hidup
dengan mencuri, dan sekarang dicuri balik. Ya, rasakan sendiri.
Akhirnya, Kita Kembali ke Keadilan
Semua ini
mengajarkan kita satu hal: dunia teknologi butuh regulasi yang adil. Kalau data
publik benar-benar "bebas digunakan," maka ini harus berlaku untuk
semua.
Tapi kalau
data punya perlindungan hukum, maka setiap perusahaan, termasuk OpenAI, harus
patuh. Kamu nggak bisa pilih-pilih kapan mau taat hukum dan kapan mau
mengabaikannya.
Apa yang
terjadi dengan OpenAI dan Deep Seek adalah pengingat kalau sistem saat ini
nggak sempurna.
Ini bukan cuma
soal perusahaan besar melawan startup kecil, tapi juga soal hak, tanggung
jawab, dan bagaimana kita mau membangun masa depan digital.
Apakah kita
ingin dunia di mana hanya segelintir perusahaan besar yang mengontrol semuanya,
atau kita ingin dunia yang lebih adil?