Kenapa ya, ada orang yang keras kepala banget padahal kebenarannya sudah jelas di depan mata? Atau ada orang yang mengambil keputusan yang kelihatan jelas salah malah diambil juga, padahal ujung-ujungnya merugikan semua orang?
Ini bukan
fenomena baru. Bahkan, ada satu orang yang sudah mikirin ini jauh sebelum kita
lahir. Namanya Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog, pendeta, sekaligus pejuang
perlawanan di era Nazi. Dia punya teori menarik soal "kebodohan" yang
ternyata lebih kompleks daripada sekadar kurang pintar.
Kebodohan Itu Bukan Soal IQ
Bonhoeffer
nggak bilang kebodohan itu karena kurang pintar atau kurang sekolah. Bukan itu.
Menurut dia, kebodohan adalah semacam "blok mental" yang bikin orang
nggak mau berpikir kritis dan nggak bertindak mandiri.
Yang bikin ini
makin parah, kebodohan ini sering muncul di situasi di mana ada penyalahgunaan
kekuasaan atau tekanan kelompok.
Di masa-masa
seperti itu, orang cenderung menyerahkan tanggung jawab mereka ke otoritas atau
mayoritas. Ini lebih mudah, lebih nyaman, dan bikin mereka merasa aman. Tapi
justru di situlah akar masalahnya.
Kebodohan dan Kekuasaan: Kombinasi Mematikan
Bonhoeffer melihat
hubungan erat antara kebodohan dan kekuasaan. Ketika seseorang ada dalam
kelompok besar atau di bawah pengaruh pemimpin otoriter, mereka jadi lebih
gampang "dibodohi". Bukan karena mereka nggak tahu, tapi karena
mereka memilih untuk nggak tahu.
Yang bikin
ngeri, orang yang bertindak bodoh sering banget yakin kalau mereka benar.
Mereka membela pandangannya dengan sepenuh hati, walaupun faktanya berlawanan.
Ini yang bikin
kebodohan jauh lebih susah dilawan dibanding kejahatan. Kalau kejahatan, kita
bisa protes atau lawan. Tapi kalau kebodohan? Mau pakai logika pun sering kali
nggak mempan.
Efek "Herd Mentality"
Pernah dengar
eksperimen Solomon Asch? Eksperimen ini bukti bagaimana tekanan kelompok bisa
bikin orang menekan logika mereka sendiri.
Bentuk
eksperimen itu seperti ini. Peserta diminta membandingkan panjang garis. Tapi
ketika orang lain (yang ternyata pura-pura) memberi jawaban salah, sekitar 75%
peserta ikut-ikutan salah juga.
Ini bukti
nyata apa yang Bonhoeffer bilang: kebodohan itu sering terjadi karena
"herd mentality" atau mentalitas kawanan. Ketika orang nggak yakin
sama informasi yang mereka punya, mereka lebih memilih ikut-ikutan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Bonhoeffer
percaya kalau kebodohan nggak bisa diatasi cuma dengan pendidikan atau debat
logis. Harus ada perubahan mendalam, baik secara individu maupun sosial.
Nah, ini
beberapa hal yang bisa kita mulai lakukan:
- 1. Pikirkan Dulu Sebelum Percaya
Kritis itu
penting banget. Jangan asal telan informasi mentah-mentah. Cari sumber yang
terpercaya, cek lagi faktanya. Kalau ada yang kelihatan terlalu bagus buat jadi
kenyataan, mungkin memang nggak benar.
- 2. Ambil Tanggung Jawab
Kamu punya
pilihan buat nggak cuma ikut-ikutan mayoritas. Tindakan atau keputusan kamu,
sekecil apa pun, punya dampak. Jangan cuma karena semua orang bilang
"iya", kamu jadi ikut bilang "iya".
- 3. Berani Berdiri di Jalur yang Benar
Kadang, melawan
arus itu susah dan nggak nyaman. Tapi justru keberanian inilah yang bikin
perubahan besar. Kalau kamu tahu ada sesuatu yang salah, jangan takut buat
bersuara.
- 4. Pikirkan Secara Independen
Ini poin kunci
dari teori Bonhoeffer. Jangan terlalu percaya sama otoritas, apalagi kalau
mereka nggak bisa memberi alasan yang masuk akal. Berani berpikir sendiri itu
langkah awal buat keluar dari lingkaran kebodohan.
Pilihan Ada di Tangan Kita
Bonhoeffer
nggak cuma mengajarkan kita buat mengerti apa itu kebodohan. Dia juga mengajarkan
kalau kita punya tanggung jawab buat melawannya. Ini nggak bisa dilakukan
sendirian. Harus dimulai dari diri sendiri, lalu memengaruhi lingkungan
sekitar.
Jadi pertanyaannya sekarang: kamu siap buat jadi orang yang berani berpikir kritis dan mandiri? Atau kamu masih mau jadi bagian dari "kawanan" yang menelan semua informasi tanpa berpikir dua kali?