Berhenti Beli Smart TV! Ini Solusi yang Lebih Cerdas

Pelajaran dari Tiga Kali Salah Beli Smart TV

Waktu saya memutuskan membeli smart TV awalnya saya pikir, “Ini pasti keputusan yang tepat. Semua aplikasi sudah ada di satu perangkat, simpel banget!” Tapi kenyataannya itu justru jadi kesalahan yang berulang. Bukan sekali, tapi tiga kali!  


Nah, setelah pengalaman nggak menyenangkan ini, saya akhirnya paham kenapa smart TV bukan solusi terbaik, dan mungkin kamu juga perlu tahu supaya nggak jatuh ke jebakan yang sama.  


Smart TV Cepat Jadi “Jadul”

  

Pertama kali beli smart TV, rasanya seperti punya teknologi masa depan. Mau streaming apapun tinggal klik, semua serba gampang. Tapi itu cuma bertahan beberapa tahun. Masalah terbesarnya ada di perangkat lunaknya.  


Produsen TV biasanya cuma peduli dengan update software selama satu dua tahun pertama. Setelah itu? Ya sudah, selesai. Aplikasi mulai lambat, beberapa nggak bisa dipakai, dan TV yang dulunya terasa “wow” malah jadi bikin frustrasi.  


Saya pernah mengalami ini waktu mau buka salah satu aplikasi streaming favorit. Ternyata nggak bisa, karena versi aplikasinya sudah tidak mendukung versi perangkat lunak TV-nya yang sudah outdated. Kesel? Jelas. 


Bandingkan dengan TV biasa atau dumb TV yang bisa bertahan bertahun-tahun tanpa drama seperti ini.  


Bloatware: Sampah Digital yang Mengganggu  


Bloatware: Sampah Digital yang Mengganggu

Kalau beli smart TV, jangan kaget kalau di dalamnya sudah ada segudang aplikasi yang nggak jelas fungsinya. Ini namanya bloatware, aplikasi bawaan yang sudah diinstal dari pabrik.  


Masalahnya, sebagian besar aplikasi ini nggak pernah saya pakai. Bahkan beberapa tidak bisa dihapus yang akhirnya memenuhi memori internal TV. 


Akibatnya bloatware ini memperlambat performa TV. Jadi semakin banyak aplikasi yang numpang di TV, semakin lambat juga TV-nya bekerja. Sama seperti di smartphone, kalau sudah kebanyakan instal aplikasi pasti terasa nge-lag kan hapenya?

 

Privasi 


Ini dia alasan yang cukup mengkhawatirkan. Privasi kamu dijadikan komoditas karena smart TV secara aktif memantau kebiasaan nonton kamu. Mereka melacak aplikasi apa yang sering dipakai, film yang ditonton, bahkan jam nonton.  


Data ini lalu dikirim ke pihak ketiga, biasanya untuk keperluan iklan. Seperti yang disampaikan oleh Center for Digital Democracy dalam sebuah laporan bulan Oktober 2024 yang berjudulHow TV Watches Us - Commercial Surveillance in the Streaming Era.” 


Rasanya kayak diawasi terus-terusan di rumah sendiri. Nggak nyaman, kan?  


Solusi: Dumb TV + Perangkat Streaming  


Perangkat Streaming

Akhirnya saya memutuskan, seandainya nanti tiba waktunya saya harus membeli TV baru, saya akan beralih ke dumb TV alias TV biasa. Lalu akan saya tambahkan perangkat streaming seperti Chromecast, Fire TV Stick, atau Roku. 


Kenapa? Karena dumb TV tidak punya perangkat lunak. Semua aplikasi akan disediakan oleh perangkat streaming. Kalau seandainya perangkat streaming-nya sudah tidak bisa update lagi, saya tinggal ganti perangkat itu saja. Harganya jauh lebih murah daripada beli sebuah TV baru.  


Selain itu, pengalaman menonton saya jadi lebih bebas dari gangguan. Tidak ada bloatware, tidak ada update, dan yang paling penting privasi lebih terjaga.  


Jangan Terlalu Percaya Hype  


Sekarang saya sadar, teknologi yang terlihat keren nggak selalu jadi solusi terbaik. Tiga kali salah beli smart TV jadi pelajaran berharga buat saya.  


Kalau kamu sedang mempertimbangkan untuk beli smart TV, coba pikirkan lagi. Apakah benar kamu butuh semua fitur itu, atau mungkin ada cara lain yang lebih simpel dan hemat? Karena pada akhirnya yang kita butuhkan dari TV hanyalah hiburan, bukan drama tambahan. 

Lebih baru Lebih lama