LinkedIn: Ajang Pamer atau Platform Profesional?

LinkedIn


LinkedIn. Siapa yang tidak kenal dengan platform ini? Platform yang seharusnya membantu kita untuk membangun jaringan profesional, mencari pekerjaan, dan membagikan pencapaian karir. Tapi tunggu dulu, apakah LinkedIn benar-benar sepositif itu?

 

LinkedIn dan CV: Fungsionalitas yang Masuk Akal

Mari kita mulai dengan hal yang jelas. Memiliki CV di LinkedIn adalah ide yang bagus. Bagaimanapun juga, ini adalah salah satu cara terbaik untuk menampilkan pengalaman kerja dan keterampilan kita di depan para perekrut dan pemberi kerja potensial.

 

LinkedIn memungkinkan kita untuk memperbarui CV kita dengan mudah, menambahkan proyek terbaru, dan menunjukkan rekomendasi dari rekan kerja.

 

Tapi sejujurnya, di sinilah fungsi utama LinkedIn yang sebenarnya berakhir. Sebagai tempat untuk memamerkan CV dan mungkin mendapatkan tawaran pekerjaan, LinkedIn berfungsi dengan baik. Namun, apa yang terjadi di luar itu? Di sinilah Linked mulai terasa cringey.

 

Parade Kesombongan

Pernahkah kamu scrolling di feed LinkedIn dan merasa seperti sedang berada di parade orang pamer? 


Orang-orang mem-posting tentang pencapaian mereka yang tampak sempurna, promosi yang tak terhitung jumlahnya, penghargaan yang mereka dapatkan, kursus yang sudah mereka selesaikan, dan bagaimana mereka mengatasi tantangan besar dengan keanggunan dan keterampilan yang luar biasa. Seolah-olah, hidup mereka adalah kisah sukses yang tak berujung.

 

Tentu saja, kita semua bangga dengan pencapaian kita dan ingin membagikannya. Tapi rasanya LinkedIn menjadi ajang pamer yang berlebihan. Tidak ada ruang untuk kegagalan atau keraguan di sini, semuanya harus terlihat luar biasa.

 

Motivasi Palsu dan Slogan Hampa

Siapa yang pernah melihat postingan motivasi di LinkedIn? Slogan-slogan seperti "Kerja keras mengalahkan bakat saat bakat tidak bekerja keras" atau "Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri setiap hari."

 

Kedengarannya bagus, bukan? Tapi jujur saja, sebagian besar dari kita sudah tahu semua itu. Mengapa harus terus-menerus diingatkan?

 

Postingan motivasi ini sering kali lebih terasa seperti hiburan daripada sesuatu yang benar-benar memberikan nilai. Mereka menjadi pengisi feed yang tidak memberikan banyak manfaat. Karena kita tidak hidup sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh orang lain.

 

Koneksi atau Kompetisi?

LinkedIn seharusnya menjadi tempat untuk membangun koneksi, tetapi sering kali berubah menjadi ajang kompetisi. Siapa yang memiliki jaringan paling luas? Siapa yang memiliki pencapaian paling mengesankan? Siapa yang mendapatkan "likes" dan "komentar" paling banyak?

 

Bukannya merasa terinspirasi, kita malah bisa merasa tertekan oleh keberhasilan orang lain. Kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain dan merasa tidak cukup baik. Padahal, setiap orang memiliki perjalanan karir yang unik dan tidak bisa dibandingkan begitu saja.

 

Rasa Skeptis Terhadap LinkedIn

Sebagai seseorang yang sudah cukup lama menggunakan LinkedIn, saya bisa mengatakan bahwa platform ini memiliki sisi baik dan buruk. Saya pernah mendapatkan beberapa kesempatan kerja yang bagus melalui LinkedIn, tapi saya juga pernah merasa terjebak dalam lingkaran kesombongan dan persaingan yang tidak sehat.

 

Salah satu pengalaman yang paling menyebalkan adalah ketika saya melihat seseorang mem-posting tentang mendapatkan promosi besar-besaran, padahal saya tahu mereka tidak benar-benar melakukan banyak pekerjaan. Itu membuat saya berpikir, "Apakah ini semua hanya pencitraan?"

 

Gunakan dengan Bijak

LinkedIn memang bisa menjadi alat yang berguna jika digunakan dengan bijak. Menyimpan CV kamu di sana dan menjaga profil kamu tetap up-to-date adalah langkah yang cerdas. Namun, penting untuk tidak terjebak dalam permainan citra dan kompetisi yang berlebihan.

 

Alih-alih terus-menerus membandingkan diri kamu dengan orang lain, fokuslah pada perjalanan karir kamu sendiri. Gunakan LinkedIn untuk mencari peluang nyata, membangun koneksi yang bermakna, dan mendapatkan wawasan yang bermanfaat. Jangan biarkan platform ini membuat kamu merasa kurang atau tidak cukup baik.

 

Jadi, apakah LinkedIn adalah tempat yang toxic? Bisa jadi. Tapi, itu semua tergantung pada bagaimana kita menggunakannya dan seberapa besar kita membiarkan diri kita terpengaruh oleh citra dan kebanggaan orang lain. 


Ingat, di balik setiap profil LinkedIn yang tampak sempurna, ada kisah perjuangan dan tantangan yang tidak selalu terlihat. Tetaplah realistis dan jaga perspektif kamu.

Lebih baru Lebih lama