"Kamu akan selalu punya tetangga brengsek. Jika tidak punya, berarti kamu yang brengsek"
Pernyataan di
atas sebenarnya hanyalah sindiran halus untuk mengingatkan kita agar selalu
introspeksi diri. Seringkali kita menganggap orang lainlah yang bersikap buruk,
tanpa mau melihat kesalahan pada diri sendiri.
Memang benar
bahwa kadang kita punya tetangga yang perilakunya kurang menyenangkan atau
'brengsek' dalam pandangan kita. Misalnya, tetangga yang suka mengganggu
privasi, tidak menjaga kebersihan lingkungan, atau gemar berisik.
Namun sebelum
men-judge orang lain brengsek, kita perlu renungkan juga apakah kita sendiri
selalu berperilaku baik sebagai tetangga? Apakah kita rajin membersihkan
lingkungan, tidak pernah mengganggu tetangga lain, dan memberi contoh sikap
ramah?
Kadang tanpa
sadar, kitalah yang justru berpotensi menjadi 'tetangga brengsek' bagi orang
lain. Seperti sering berisik dan mengganggu kenyamanan, membuang sampah
sembarangan, memarkir kendaraan sembarang tempat, dan seterusnya.
Jadi daripada
sibuk men-judge tetangga, lebih baik kita fokus memperbaiki diri sendiri agar
menjadi tetangga yang baik. Dengan kata lain, jadilah perubahan yang ingin kita
lihat, bukan sekadar menyalahkan orang lain.
Dengan
kesadaran ini, diharapkan lingkungan tempat tinggal kita akan menjadi lebih
harmonis. Karena pada dasarnya, tidak ada tetangga yang sepenuhnya buruk, yang
ada hanyalah ketidakcocokan karakter dan perilaku saja.
Namun jika
kita berubah menjadi lebih peduli, ramah dan saling menghargai satu sama lain,
pasti lingkungan tempat tinggal pun akan terasa lebih nyaman. Inilah hikmah
dari ungkapan bijak tersebut, agar kita selalu introspeksi diri sebelum menilai
orang lain.