Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, resmi dicalonkan sebagai cawapres dari Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024. Keputusan
ini mengejutkan banyak pihak sebab Gibran berasal dari PDI-P yang notabene pesaing dari Partai
Gerindra dalam Pilpres.
Berikut ini adalah beberapa teori yang muncul terkait pencalonan Gibran sebagai cawapres.
#1 Prabowo ingin menarik simpati dari kalangan milenial dan anak muda
Gibran, sebagai
putra sulung Presiden Joko Widodo, memiliki popularitas dan kredibilitas yang
tinggi di kalangan generasi muda. Ia juga dikenal sebagai pengusaha sukses yang
membangun bisnis kuliner dan properti. Dengan menggandeng Gibran, Prabowo
berharap bisa merebut suara dari basis pendukung Jokowi yang loyal dan
antusias.
Namun, langkah ini juga menuai kritik dan kontroversi, karena dianggap sebagai upaya membentuk dinasti politik dan melemahkan demokrasi di Indonesia. Beberapa analis menilai bahwa keputusan Gibran untuk bergabung dengan Prabowo adalah pengkhianatan terhadap partainya sendiri, PDI-P, yang telah menominasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa Jokowi akan memanfaatkan kekuasaan dan sumber daya negara untuk mendukung pencalonan putranya.
#2 Prabowo ingin menjaga hubungan baik dengan Jokowi dan elite politik
Gibran,
sebagai bagian dari keluarga istana, bisa menjadi jembatan komunikasi antara
Prabowo dan Jokowi. Selain itu, Gibran juga memiliki hubungan baik dengan
sejumlah tokoh politik penting, seperti Megawati Soekarnoputri, Anies Baswedan,
dan Sandiaga Uno. Dengan menggandeng Gibran, Prabowo ingin menunjukkan sikap
rekonsiliasi dan kerja sama yang positif.
Meskipun Gibran adalah anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai yang menaungi ayahnya, Jokowi telah membantah upaya untuk mendominasi politik negara, menegaskan bahwa pilihan pemimpin dan wakil presiden berikutnya ada di tangan rakyat.
Pada saat yang sama, PDI-P telah menunjuk Ganjar Pranowo, mantan gubernur Jawa Tengah, sebagai calon presiden mereka. Ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana hubungan antara Gibran dan partainya sendiri akan berkembang di masa depan.
#3 Prabowo ingin mempersiapkan regenerasi
kepemimpinan di Gerindra
Gibran,
sebagai sosok muda dan berbakat, bisa menjadi calon pemimpin masa depan yang
bisa menggantikan Prabowo. Prabowo sendiri sudah berusia 72 tahun saat ini, dan
mungkin tidak akan mencalonkan diri lagi di Pilpres berikutnya. Dengan
menggandeng Gibran, Prabowo ingin memberikan peluang dan pengalaman kepada
Gibran untuk belajar politik di tingkat nasional.
Namun, tidak semua anggota Gerindra mendukung keputusan Prabowo untuk menjadikan Gibran sebagai cawapresnya. Beberapa kader Gerindra merasa kecewa dan tersingkirkan karena tidak diberi kesempatan untuk maju sebagai calon pemimpin partai atau negara. Mereka juga meragukan loyalitas dan komitmen Gibran terhadap ideologi dan visi Gerindra, yang berbeda dengan PDI-P.
Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa keterlibatan Gibran dalam koalisi Prabowo akan mempengaruhi sikap Jokowi terhadap isu-isu strategis nasional, seperti pertahanan, ekonomi, dan hubungan luar negeri.
#4 Prabowo ingin mengambil alih warisan politik
Jokowi
Gibran,
sebagai putra Jokowi, mewarisi nama besar dan citra positif dari ayahnya.
Jokowi sendiri adalah presiden yang populer dan disukai oleh mayoritas rakyat
Indonesia. Dengan menggandeng Gibran, Prabowo ingin meniru strategi Jokowi yang
berhasil memenangkan Pilpres dua kali dengan mengusung cawapres dari kalangan
senior dan berpengalaman, yaitu Jusuf Kalla dan Ma'ruf Amin.
Strategi ini juga memiliki risiko dan tantangan bagi Prabowo. Pertama, ia harus meyakinkan basis pendukungnya yang sebelumnya anti-Jokowi untuk menerima Gibran sebagai cawapresnya. Kedua, ia harus bersaing dengan calon presiden lain yang juga memiliki popularitas dan dukungan yang kuat, seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Ketiga, ia harus menjaga keseimbangan antara loyalitas kepada Jokowi sebagai presiden petahana dan aspirasinya sebagai calon presiden.
#5 Prabowo ingin membuat kejutan dan sensasi di
panggung politik
Gibran,
sebagai calon cawapres yang tidak terduga dan tidak lazim, bisa menjadi magnet
perhatian publik dan media. Prabowo sendiri dikenal sebagai politisi yang suka
membuat gebrakan dan kontroversi. Dengan menggandeng Gibran, Prabowo ingin
menciptakan suasana yang dinamis dan menarik di Pilpres 2024.
Keputusan ini telah memicu berbagai reaksi dari berbagai kalangan. Beberapa orang merasa bahwa ini adalah langkah yang berani dan inovatif, sementara yang lain merasa bahwa ini adalah taktik politik yang berisiko. Banyak yang menganggap Gibran masih muda dan kurang pengalaman dalam politik nasional, dan bahwa keputusan ini mungkin lebih didasarkan pada popularitasnya sebagai putra presiden daripada pada kemampuannya untuk memimpin.
Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa keputusan ini dapat mempengaruhi independensi dan integritas proses pemilihan, dengan beberapa orang khawatir bahwa Jokowi mungkin menggunakan pengaruhnya untuk mendukung pencalonan putranya.
Ingat, ini semua hanyalah teori. Hanya Tuhan dan mereka-mereka yang menjalani yang tahu apa maksud dan tujuannya dibaliknya. Dengan semua ini, pemilihan presiden Indonesia tahun 2024 tampaknya akan menjadi kontes yang sangat menarik dan penuh dengan dinamika politik yang kompleks.