Setelah vakum selama dua tahun karena pandemi, tahun ini ajang Pekan Raya Jakarta atau biasa disebut Jakarta Fair kembali digelar di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Sejak diselenggarakan pertama kali pada Juni 1968, yang waktu itu masih digelar di kawasan Monas, Jakarta Fair menjadi bagian dari perayaan ulang tahun kota Jakarta.
Ada beragam stan dari berbagai produsen baik itu makanan, peralatan rumah tangga, elektronik, pakaian, otomotif, dan lain sebagainya.
Meski beragam, saya melihat adanya sebuah kemonotonan yang itu-itu saja. Sehingga bagi orang yang tiap tahun berkunjung ke Jakarta Fair pasti sudah hafal tentang kemonotonan ini. Apa saja?
Produknya itu lagi itu lagi
Kalau di penyelenggaraan sebelumnya kamu tidak menemukan produk yang kamu cari, kemungkinan besar di tahun ini juga tidak ada. Karena produknya selalu sama. Entah itu karena itu sudah kontrak atau alasan lainnya.Lokasi stan selalu sama
Di bagian tengah selalu tempat jualan helm dan motor. Di pintu masuk yang lewat dalam gedung yang ada eskalatornya pasti tempat jualan sepatu League.Promo
Kalau ke Jakarta Fair, dijamin pasti bakal beli jajanan berupa sosis goreng atau nugget plus minuman kotak yang harganya Rp10.000 dapat tiga. Iya kan?Kemacetan yang paripurna
Apalagi kalau datangnya pas akhir pekan. Wiih itu jalan ke daerah Kemayoran dijamin macet. Udah gitu di TransJakarta-nya juga pasti berjubel.Namun terlepas dari semua kemonotonan dan kekurangannya itu, nyatanya saya dan keluarga tiap tahun selalu mengunjungi Jakarta Fair.
Walaupun sudah tahu pasti di sana ada apa, suasana Jakarta Fair yang selalu meriah dan beragam diskon yang ditawarkan selalu menggoda. Buktinya, ibu saya pasti selalu beli seprai jika berkunjung ke Jakarta Fair.